Ku dengar dering lonceng hari Natal,
Mengiringi lagu riang di musim bahagia,
Indah mendengung berulang kali,
Damai sejahtera diatas bumi,
Aku merunduk muram dan sedih hati,
Mana ada damai di dunia ini gumamku,
Gantinya, kebencian besar dan marak,
Menjadi ejekan yang dingin beku.
“Malam kudus sunyi senyap,
Menyusul dentum bom dan kepulan asap,
Ribuan pesawat tempur memekik pilu menjatuhkan kado,
Pemberian sang pembunuh, semua meratap yang lainnya terkapar lenyap,
Diiringi tangis anak-anak menjerit,
Dengan perut yang lapar mengigit.
Aku merunduk muram dan sedih hati, Mana ada damai didunia ini gumamku,
Gantinya, kebencian besar dan marak,
Menjadi ejekan yang dingin beku.
Kemudian mendering lonceng nyaring dan dalam,
Allah belum mati atau pun tidur lelap dalam kelam,
Yang salah akan hilang, Yang benar akan menang,
Dengan damai diatas bumi dan niat baik kepada semua kami.
Puisi indah saat banyak dibacakan saat perayaan Natal. Saat perang dunia kedua, seorang anggota tentara Norwegia hidup sebatang kara di rumahnya pada senja di hari Natal, karena ayah dan ibunya serta seluruh keluarganya telah mati dalam peperangan yang mengerikan. Dia mengalami jiwa yang sangat tertekan dan sangat stress. Saat berdiri di depan rumahnya, dimana rumah tempat dia tinggal menghadap ngarai ke sungai. Dalam keadaan sangat sedih, marah dan frustrasi dia mendongak ke langit dan berteriak: “Dimanakah kemuliaan yang disurga itu…?” Tiba-tiba dia mendengar seperti seorang lain berteriak kembali dalam kesunyian senja dari seberang sungai: Itu…itu…itu….!!!! “Mana damai diatas bumi?”,kembali terdengar balasan dari seberang dinding ngarai: “bumi…bumi…bumi…!!!”
Dengan tiba-tiba orang muda mantan tentara Norwegia yang hidup sebatang kara itu duduk terjerembab didepan pintu rumahnya dengan hancur hati. Damai baginya hanya sebagai sebuah gema yang mengejek dari kejauhan, dan makin redup dan akhirnya hilang ditelan malam.
Damai Di Hari Natal?
Hari Natal, hari yang dipercayai dunia sebagai hari kelahiran Sang Mesias keatas dunia yang penuh dengan penderitaan ini. Di belahan dunia yang memiliki tingkat ekonomi tinggi, saat Natal, adalah saatnya untuk membelanjakan uang dengan barang-barang mewah, memberikan hadiah-hadiah mahal, berpesta dengan makan dan minum, bergembira dengan menghabiskan banyak uang hanya untuk merayakan Natal.
Di belahan dunia lain ada perasaan mencekam, ketakutan dan kebencian,karena setiap saat kesunyian dapat diakhiri dengan dentuman meriam, roket dan bom. Di sisi dunia lainnya, dalam kedinginan, kelaparan dan salju meringkuk tak berdaya. Atau di Pahae, Sarulla, nun jauh di tempat terpencil, satu keluarga menangis tersedu-sedu, dengan linangan air mata, saat mereka harus berpisah dengan ayah mereka, yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor sehingga merenggut nyawanya.
Damai Natal hanya merupakan gema malam nan dingin dan hampa di Mesir, Etiopia, Sudan, Bosnia, Rwanda, Korea Utara, dan Selatan, Irak, Iran dan Afganistan. Damai Natal jelas sekali hanyalah gema yang kosong mengiris hati mereka bagaikan sembilu bagi para anggota keluarga, yang kekasih mereka telah gugur dalam peperangan di tempat-tempat yang masih mengalami peperangan mencekam.
Gema Natal, Damai di bumi dan di hati hanya gaung dari masa lampau, sementara untuk saat ini bagi sebagian penduduk bumi gema itu hanyalah merupakan gema yang kosong, gema tangis dan penderitaan atau hanyalah merupakan gema ejekan bagi banyak rumah tangga yang tidak cukup makan atau harus keluar dari rumah yang ditinggalinya, karena waktu tinggal sudah berakhir. Bagi seagian orang banyak yang sedang menunggu saat untuk mengadakan perceraian di tahun depan, karena mereka tidak mau melakukan perceraian disaat suasana natal. Di banyak negara terutama negara barat hari sebelum natal adalah hari yang tersibuk untuk berbelanja mempersiapkan segala keperluan hari Natal, dan hari sesudah tahun baru adalah yang tersibuk untuk mengurus perceraian.
Apakah Makna Natal Yang Sesungguhnya?
Damai Natal hanya gema kosong di dalam banyak rumah tangga Kristen saat ini? Mengapa, banyak pasangan suami isteri bertengkar dan berkelahi seperti anjing dengan kucing? Mertua dan menantu, kakak dan adik, atasan dan bawahan, kaum elite politik saling mencaci maki satu sama lain, semua mempertahankan kebenaran masing-masing. Apakah makna Damai Natal sebenarnya? Apakah Damai Natal hanya sebagai tamu yang datang setahun sekali dan kemudian setelah Natal berlalu Damai Natal itu akan meninggalkan rumah kita, hati kita, dan berangkat pergi berlalu begitu saja? Dan makna Natal dengan perasaan malu dan tersipu-sipu hanya meninggalkan gemanya saja dengan perasaan sedih?
Apakah Damai Natal, hanya sebuah gema didalam diri pribadi lepas pribadi, atau sebuah gema dari kondisi jiwa? Banyak terjadi amarah dan murka diantara anggota keluarga, antara anak-anak dan orang tua, antara anggota-anggota gereja bahkan antara rekan kerja yang dapat mengakibatkan stress, trauma dan penyakit jiwa, sehingga mengaburkan makna Natal yang sesungguhnya
Saat Damai Natal datang merasuk ke dalam kalbu dan jiwa, betapa bahagianya apabila kita bisa tinggal dalam rumah tangga yang damai, kelompok lingkungan gereja yang senang dan bahagia dengan tawa dan canda. Rekan dan lingkungan yang saling mendukung satu dengan yang lain, semua keindahan Natal yang dirayakan orang satu tahun sekali dapat merasuk dan menjadi bahagian masing-masing kita hanya dengan bantuan Sang Tukang Periuk. Karena hanya Dia saja yang akan membentuk kita menjadi manusia yang sesungguhnya. Tidakkah kita ingin merasakan damai Natal setiap hari dalam kehidupan sehari-hari?
Kita pasti rindu untuk menjadi anak-anak yang penuh damai dalam rumah tangga, kelompok, lingkungan dan masyarakat yang cinta damai. Semua ini dapat tercipta hanya dengan hanya dengan bantuan yang diberikan oleh Tuhan Allah. Dunia tidak dapat memberikan rasa damai kepada kita. Karena dunia adalah tempat yang tidak aman. Dunia tanpa Allah adalah suatu malapetaka. Apakah kita tidak menyadarai bahwa hari makin semakin menyeramkan dan tanpa pengharapan. Kasih dan damai sejahtera semakin hari semakin memudar. Karena orang lebih banyak memikirkan diri sendiri dan tak memperdulikan orang lain. Kasih dan damai sejahtera, hanya diberikan oleh Tuhan Yesus kepada kita kalau kita mau.
Apabila, tidak ada damai didalam hati atau selalu terjadi perasaan kesal, tidak ada damai dalam keluarga, minta janji Allah melalui malaikatnya untuk ditepati masuk kedalam hatimu dan keluargamu.
Apabila ada perasaan jengkel akibat dijengkelkan oleh saudara-saudara atau teman-temanmu, berdoalah minta supaya malaikat Tuhan di sorga datang dan menyanyikan lagu "damai di surga", nyanyikan yang dinyanyikan di padang Efrata saat Sang Mesias lahir diatas bumi, nyanyikan selalu lagu damai didalam hatimu setiap saat.
Praktekkan dan nyanyikan berulang ulang lagu "damai", rasakan damai Allah datang ke dalam hatimu dan mengalir ke seluruh tubuh dan jiwamu, sehingga menimbulkan senyum bahagia dan sinar kasih perdamaian terpancar pada wajah.
Dimasa Perang Dunia Kedua terjadi di Eropah, Walter Henry menceritakan satu kisah mengharukan. Saat terjadi gencatan senjata yang singkat dimana tentara dari kedua belah pihak diperintahkan untuk menghentikan peperangan dan tidak boleh melepaskan tembakan sejak matahari terbenam senja natal sampai keesokan malamnya setelah natal. Gencatan senjata hanya selama malam natal yang dianggap keramat oleh kedua belah pihak yang berperang.
Pada saat itu tentara America dan Jerman sedang berhadapan di garis depan. Seorang pemuda Amerika sedang siap untuk memasang sumbu roket yang akan membawa peluru kendali jarak dekat ke arah musuh. Tiba-tiba tampak sebuah aba-aba mercun dari seberang ditembakkan ke langit dan bunyi suara sirena tanda gencatan senjata dimulai. Sang pemuda yang sedang bersiap-siap, kembali ke lubang perlindungannya sambil menanti saat untuk memulai pertempuran kembali keesokan harinya.
Tiba-tiba dia mendengar suara tenor menyanyi di dalam bahasa Jerman: “Stille nacht, heilige nacht…”n the distance, not so far away, he heard this gorgeous German tenor voice, “stieliege nacht, heilige nacht, Hirten erst, kundgemacht. Sang pemuda terkejut dan tercengang karena suara yang terdengar itu adalah suara Johan Leibr, bekas guru musiknya saat dia berada di Munich dahulu kala. Dia sangat mengenal suara itu. Sementara suara sang guru terdengar meneruskan nyanyian natal terindah dalam bahasa Jerman: Durch der Engel Halleluja, Tönt es laut von fern und nah: Christ, der Retter ist da! ... sang pemuda mulai menyambutnya dari seberang dalam bahasa Inggris, dan mereka menyanyi berduet, yang satu dalam bahasa Jerman dan yang lainnya dalam bahasa Inggris, Round yon virgin mother and Child. Holy Infant, so tender and mild, Sleep in heavenly peace, ...
Saat suara sang pemuda terdengar bergabung dalam bahasa Inggris, suara Johan Liebr dalam bahasa Jerman, terdengar menjadi parau seketika akibat terharu. Dia juga mengenal suara dari bekas muridnya. Dan begitulah sepanjang malam kedua orang yang berada berseberangan, sang guru dan murid, menyanyikan lagu-lagu natal berturut-turut sampai jauh malam. Saat mereka berdua kelelahan, maka serdadu yang lainnya meneruskan dan disambut oleh pihak lawan dalam bahasa Jerman atau Inggris, dan begitu seterusnya mereka menyanyi sepanjang malam.
Esok paginya, ketika fajar mulai merekah di ufuk timur, sang pemuda dengan terpaksa melakukan tugas untuk berperang atas aba-aba komandannya, karena dari seberang sudah terdengar dentuman meriam dan senapan mesin. Dalam serangan fajar guru musik pemuda, Johan Lieber saat berada di Munich, beserta hampir semua pasukan yang ada disekitarnya tewas kena ledakan roketnya. Rekan-rekannya tentara Amerika dan tentara Jerman, ada beberapa yang tewas dan yang lainnya luka-luka.
Damai di atas Bumi, hanya merupakan gema dari langit, tapi kosong melompong tanpa arti sedikitpunn pada saat itu.
Apakah Ada Sesuatu Yang Salah Bagi Umat Manusia?
Noda cacat apa yang terdapat di hati manusia sehingga terjadi permusuhan,pembantaian terhadap satu dengan yang lain terus menerus berlangsung tanpa akhir? Mengapa manusia sampai hati menciptakan senjata yang dapat memusnahkan 500 juta sesamanya dalam tempo beberapa menit saja? Jawabnya hanyalah belum tercipta dan merasuk rasa damai di dalam jiwanya.
Kebencian, Iri hati, menghasilkan kekacauan bahkan kehancuran berasal dari dalam hati manusia. Hati saya dan hati anda! Bagaimana bisa berakhir? Bagaimana peperangan bisa digantikan dengan damai sejahtera yang didambakan oleh setiap orang tercipta, terutama di saat Natal ini? Jawanya hanya satu "biarkan Dia memasuki hati dan biarkan Dia merangkai jiwamu agar tercipta rasa damai yang sesunggunya"
"Dengar malaikat nyanyi, Puji Raja tlah lahir,
Damai diatas bumi, Keampunan pun dibri,
Beserta malaikat surga, bersuka hai sgala bangsa,
Mashurkanlah kabarnya, Kristus sudah lahirlah!
Dengar malaikat nyanyi, Puji raja tlah lahir!
Selamat Natal!
24 Desember 2009, 15.50 PM