Penelitian terhadap pengaruh rasa syukur terhadap kesejahteraan fisik dan psikologis meunjukkan, bahwa
1. Berdasarkan perbandingan, orang yang mendokumentasikan “rasa syukur”-nya secara mingguan, mengalami lebih sedikit dan lebih teratur berbagai gejala gangguan fisik. Mereka merasa hidupnya lebih baik secara keseluruhan, dan lebih optimis dalam menghadapi minggu yang akan datang. Hal ini berlawanan dengan yang dialami oleh orang yang tidak mendokumentasikan rasa syukurnya.
2. Hanya dalam dua bulan, orang yang membuat daftar “syukur” lebih mengalami kemajuan dalam mencapai sasaran dan tujuan pribadi (akademis, hubungan interpersonal, kesehatan).
3. Membiasakan rasa “syukur” di dalam hati secara harian, menghasilkan kondisi positif dalam kewaspadaan, antusiasme, kepastian dalam mengambil keputusan, perhatian, dan energi yang lebih tinggi daripada orang yang tidak melakukannya. Kondisi ini menunjukkan hal yang sama untuk setiap grup orang yang diteliti (muda, setengah baya, tua).
4. Orang yang “bersyukur” setiap hari cenderung menolong orang lain atau memberikan bantuan emosional berkaitan dengan masalah pribadi orang lain tersebut.
5. Pada sampel orang yang menderita penyakit neuromuscular (penyakit yang mempengaruhi otot dan syaraf sekaligus), pengaruh “rasa syukur” selama 21 hari membuat mereka mengalami peningkatan positif dalam mood, merasa lebih dekat dengan orang lain, lebih optimis dalam menilai hidup, dan bisa tidur dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.
Sejumlah penelitian mengungkapkan bersyukur dapat membuat seseorang lebih optimistis dalam menghadapi hidup. Perasaan bahagia sebelum tidur dapat membantu agar tidur lebih nyenyak.
Kekuatan “rasa syukur” pada aspek kehidupan
Kesejahteraan:
Orang yang “bersyukur” dilaporkan memiliki tingkatan yang lebih tinggi dalam emosi positif, kepuasan hidup, vitalitas, optimisme, dan lebih rendah dalam tingkat depresi atau stres. Rasa “syukur” memperkaya rasa bahagia dalam tingkatan yang lebih tinggi dari pada turunnya emosi negatif. Rasa “syukur” lebih membuat bahagia daripada menghilangkan kesedihan.
Sosial:
Orang yang “bersyukur” memiliki kapasitas empati yang lebih besar dan memiliki cara pandang yang lebih baik dalam melihat orang lain. Mereka lebih murah hati dan penolong.
Spiritual:
Orang yang secara teratur menghadiri sesi religius (seperti pengajian) dan terlibat dalam aktivitas keagamaan, cenderung lebih “bersyukur”. Orang yang “bersyukur” cenderung lebih memahami keterkaitan di antara segala bentuk kehidupan, dan memiliki komitmen serta tanggung jawab kepada orang lain.
Materi:
Orang yang “bersyukur” memposisikan barang-barang materi sebagai “tidak terlalu penting”. Mereka lebih melihatnya sebagai “milik bersama”. Mereka tidak mudah mendengki kepada orang lain, dan lebih menyukai berbagi dengan orang lain.
Bersyukur, ditilik secara keimanan dan secara ilmiah, sangat menguntungkan. Sebab dengan bersyukur hati akan menjadi tenang, akal terpuaskan. Bersyukur dapat membuat hidup lebih optimistis menghadapi kehidupan. Perasaan bahagia akan dapat membantu semangat untuk berkarya.
Thursday, December 17, 2009
Pengaruh Bersyukur Terhadap Kesehatan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment