Dalam perjalanan pulang dari toko buku, mereka menemukan sebuah amplop berwarna coklat di lapisi plastik terletak di pinggir jalan pas dimana mereka lewat. Suamiku mengambil dan membukanya. Alangkah terkejutnya. Ternyata sebuah dokumen surat tanah, dokumen perusahaan dan cek atas nama Bank Mandiri dengan jumlah sangat besar, sebanyak Rp. 3.250.000.000-,
Merasa kasihan terhadap seseorang yang mempunyai dokumen tercecer , buru-buru suamiku pulang dan menunjukkan padaku.
Akupun sangat terkejut dan merasa kasihan. Aduh dalam hatiku ada tercecer dokumen dan cek dengan jumlah milyaran rupiah. Kasihan sekali. Setelah aku baca, terdapatkan ada nomer HP dan No. Fax didalamnya, dengan alamat Surabaya.
Dalam hati semakin kasihan, mungkin-mungkin dia dalam perjalanan bisnis dan dokumen pentingnya tercecer atau terjatuh. Segera aku ambil HP dan segera menelpon. Dengan nada seperti khawatir dan senang si Bapak yang mengaku bernama Haji Ramli Abbas. Aku lihat di dokumen ih namanya sama dengan di dokumen. Segera dia mengatakan akan segera meneleponku besok pagi karena sudah cape setelah seharian meeting dan baru saja tiba di Surabaya.
Dalam hati semakin kasihan, mungkin-mungkin dia dalam perjalanan bisnis dan dokumen pentingnya tercecer atau terjatuh. Segera aku ambil HP dan segera menelpon. Dengan nada seperti khawatir dan senang si Bapak yang mengaku bernama Haji Ramli Abbas. Aku lihat di dokumen ih namanya sama dengan di dokumen. Segera dia mengatakan akan segera meneleponku besok pagi karena sudah cape setelah seharian meeting dan baru saja tiba di Surabaya.
Dia juga mengatakan sangat berterima kasih banyak dan menyebutkan pasti ibu "orang yang baik", dan dia juga katakan "ibu pasti akan saya beri hadiah seberapapun yang ibu minta, karena ibu benar-benar orang baik. Tidak memeras saya. Memang dokumen itu sangat saya perlukan sekali. Cek sih bisa dibatalkan. Tetapi surat-surat itu yang sangat penting. Ibu khan tau sendiri mengurus surat-surat".
Waktu dia katakan begitu aku senang-senang aja. Pikirku baik banget bapak ini, bisa-bisanya langsung mau memberiku hadiah seberapapun yang aku minta. Mungkin karena dia sangat berterima kasih dan senang.
Besok paginya Haji Ramli Abbas sesuai dengan yang tertera di dokumen yang aku scan ini, menelponku. Dengan sopan dia tanyakan, "berapa yang ibu mau hadiah terima kasih saya, agar segera saya transfer, karena saya sangat berterima kasih banyak pada ibu yang luar biasa karena sudah mau mengembalikan dokumen penting saya. Saya jawab ya terserah bapak. Khan bapak yang mau ngasih. Iseng-iseng saya jawab 10%. Oh, yach jawabnya, "staf keuangan saya akan datang jam 8.30, nanti dia akan menghubungi ibu balik"
Tidak lama kemudian seseorang yang mengaku staf keuangan Haji Ramli Abbas meneleponku. Dia katakan dia akan mentransfer uang ke rekening saya, sebanyak yang dijanjikan oleh bosnya Haji Ramli Abbas. Lalu dia tanyakan apakah saya mempunyai rekening Bank Muamalat. Saya katakan tidak. Lalu si asissten mengatakan, karena akan mentransfer dengan biaya yang cukup besar, dan juga jangan seperti ada praktek money laundry dia menyarankanku untuk membuka rekening di Bank Muamalat yang RE. Saya katakan di daerah saya tidak ada Bank Mualamat, kemudian dia jawab bisa buka di setiap kantor pos. Ibu khan tinggal di Bekasi, di Bekasi ada bu katanya dan dia memberikan areanya. Saya katakan, Saya bekerja. Lalu si orang yang mengaku asisten menjawab harus hari ini bu, karena kami sangat membutuhkan dokumen itu.
Saya katakan ambil aja kalau begitu. Lalu si asisten itu mengatakan "Haji Ramli Abbas yang merupakan atasannya mengatakan bahwa harus segera di transfer. Karena ibu sangat baik sudah menemukan dokumen yang sangat berharga. Dia katakan mau di tansfer "Hari ini juga". Karena ibu sudah sangat baik pada pak haji.
Karena saya ngotot saya kerja. Lima menit kemudian Haji Ramli Abbas menelepon sangat sopan, sopan sekali. Dia katakan "Ibu, jangan menolak kebaikan saya. Karena ibu saya yakin orang baik. Dan ibu sudah menyelamatkan segala dokumen dan uang cek saya. Saya tidak mau tanpa memberikan hadiah buat ibu. Benar-benar bu. Ibu boleh mengembalikan dukumen saya lewat DHL atau Tiki atau ibu mau mengantar langsung ke Surabaya, sekalian soan. Bu, karena ini bukan jumlah yang sedikit, dan rekening kantor kami adalah Bank Muamalat, jadi dengan hormat segeralah ibu membuka rekening di Bank Muamalat, untuk memudahkan kami segera mentransfer. Ibu tau sendiri khan kalau salah-salah dengan jumlah yang tidak sedikit nanti kita dikira praktek money laundry".
Setelah Aku pikir-pikir baik juga bapak ini. Aku ijin mencari Bank Muamalat, ternyata ada tidak jauh dari kantorku. Oh, yach sebelumnya dia katakan kalau buka rekening, masukkan 3 juta biar segera di transfer 300 juta. Aku jawab tidak ada uang segitu, setengahnya aja. Dia katakan kalau kalau aku buka rekening setengahnya berarti akan segera di transfer setengahnya dan sisanya besoknya. "biar di transfer dulu setengah atau sebanyak 150 juta, kaalu ibu kuka rekening dengan memasukkan Rp.1.500.000-,.
Aku segera buka rekening di Bank Muamalat di dekat kantorku. Tidak lama kemudian Haji Ramli Abbas datang mengecek dengan sangat sopan, apakah saya sudah jadi buka rekening. Saya katakan sedang di Bank. Sewaktu di Bank saya tanya-tanya di teller mengenai informasi-informasi Bank Muamalat dan ngak tau kenapa tellernya katakan "bu, jangan percaya sama orang, hari gini banyak penipuan", dia katakan begitu mungkin dia dengar aku menerima beberapa kali telepon.
Setengah jam kemudian si Haji Ramli Abbas menelepon memastikan bahwa, segera stafnya akan mentransfer sejumlah uang ke Bank-ku. Kemudian dia mulai mencek, seakan-akan mau menyamakan data melalui, nama, alamat, nomor rekening sebelum di transfer. Oh, ya sebelumnya saya diminta SMS no rekening saya ke HP-nya. Setelah menerima SMS no. account, seorang stafnya mulai tanya-tanya seakan-akan mau menyamakan data. Dengan polosnya aku jawab nama, alamat dan no.rekening. Ngak tau kenapa waktu aku buka rekening aku pake KTP yang dulu, tapi masih berlaku sampai akhir tahun ini.
Si staf yang mengaku asistennya Haji Ramli Abbas mengatakan apakah saya punya 2 HP. Aku katakan tidak. Pinjam aja bu HP temannya. Alasannya dia mau segera mentransfer, tetapi harus dipandu dengan HP. Sebelumnya dia menanyakan nomor Tin. Dia ngotot mau menanyakan nomor Tin. Swaktu di Bank aku tanya untuk apa itu nomor Tin. Teller katakan itu sama seperti PUK number kalau di HP. Kita gunakan kalau kita punya masalah. Dan pada kartu Tin tertera, jangan memberikan nomor ini kepada siapapun juga. Bapak assiten Haji Ramli Abbas ngotot mau tau nomor tin. Dia katakan "ibu ngak menegrti peraturan perbank-kan. Untuk mentransfer dalam jumlah besar harus dengan nomor tin. Karena dia ngotot aku jadi kesal. Aku katakan "emangnya aku orang bodoh. Aku bukan orang bodoh, pak!"
Kemudian aku segera telepon Bank Muamalat dan berbicara dengan teller yang aku temui paginya. Si teller katakan "hati-hati bu. Nomot Tin dan nomor pasword itu rahasia". Aku segera telepon ke Haji Ramli Abbas aku katakan "pak jangan menipu gitu dong. Koq, bapak punya assisten mau tau nomor tin saya" Ngak lama kemudian si assiten mengatakan "gini aja bu, saya akan pandu ibu agar ibu segera terima uangnya caranya. Soalnya ibu benar-benar tidak percaya. Ibu khan nga pernah tau peraturan baru di Bank apalagi mau transfer lewat internet. Itu sangat dibutuhkan. Aku ngotot katakan tidak. Lalu aku katakan kalau bapak mau ambil aja ini dokumen ataua saya akan buang. Mendengar itu segera dia katakan, gini aja deh bu saya akan pandu ibu. Ibu ikuti saja yach walaupun tanpa 2 HP. Ibu boleh juga catat. Siap dia mulai memandu " ketik tiga kali tanda bintang, masukkan nama ibu, kemudian ketik dua kali tanda bintang, masukkan nomor rekening, ketik tiga kali tanda bintang, masukkan nomor HP ibu, ketik satu kali tanda bintang masukkan no pasword ibu" Lalu dia bertanya berapa nomor pasword ibu. Aku katakan tidak boleh itu rahasia. pelan aja bu, saya tidak dengar sebut aja pelan, berapa bu, saya tidak dengar, dan ketik dua kali tanda bintang masukkan nomor tin ibu, lalu kirim ke 1616".
Mendengar kata nomor pasword segera aku kesal dan marah dan tersadar. Segera aku maki-maki dan marah-marahin. Aku kemudian sadar bahwa aku dalam perangkap penipuan. Segera temanku lihat check-nya, ternyata adalah cek foto copy-an. Warna dan gambar dengan Label Chek Bank Mandiri, benar-benar hampir sama dengan aslinya. Yang membedakan hanya kertasnya apabila kita raba.
Aku dan temanku di kantor mati ketawa-ketawa sambil bersyukur karena tidak sempat uangku terkuras atau diambil oleh si penipu yang berkedok "konglomerat dengan aset milyaran ribu rupiah itu"
Dalam hati aku beryukur "Tuhan, terimakasih aku mendapatkan pelajaran sangat berharga hari ini.
Pelajaran yang ku dapat hari ini:
- Agar tidak gampang mempercayai orang lain
- Kerja keras adalah kunci utama untuk mendapatkan imbalan atau uang
- Mau mendegarkan pendapat orang lain
Untuk teman-teman, hati-hati dengan penipuan gaya terbaru. Penipuan menjatuhkan / meletakkan dokumen penting. Padahal ternyata itu hanya sebuah trik penipun gaya baru.
Berhati-hatilah!! Untung gue nga sempet tertipu, walau hampir.
0 comments:
Post a Comment