Email yang menurut saya bagus yang dikirim di milis
menjadi catatan tersendiri untuk di file. Menuliskannya kembali ke Blog
sekalian untuk mem-file, dimana kalau sewaktu-waktu tiba-tiba diminta
membawakan acara atau renungan bisa digunakan.
Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak
untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk.
Mukanya cemberut, judes dan kurang bersahabat. Orang pertama merasa sangat jengkel dilayanan seperti itu, dalam hati berpikir berkata "koq penjual ini kurang mengertikah bahwa pembeli itu adalah raja?".
Koq melayani pembeli dengan muka masam dan tidak bersahabat. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada
penjual yang bermuka judes dan kurang bersahabat.
Kemudian orang pertama bertanya kepada sahabatnya, “Teman, kenapa
kamu koq bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan dan bermuka masam itu?"
Temannya
menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam
bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain.”
Kemudian temannya menjawab dengan perasaan jengkel, “tapi dia
melayani kita dengan buruk sekali, lihat nga mukanya masam, cemberut dan bahasanyapun sangat ketus sekali,”
Sang temannya menjawab kembali, “Ya, itu
masalah dia. Mau dia bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, muka masam dan cemberut serta menjawab dengan ketus dan lainnya,
toh itu enggak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh,
berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal
kitalah yang bertanggung jawab atas diri kita sendiri.”
Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau
orang melakukan hal yang buruk kepada kita, apakah kita akan membalasnya kembali dengan hal yang lebih
buruk lagi. Kalau orang tidak sopan, apakah kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau
orang lain pelit terhadap kita, apakah kita yang semula pemurah tiba-tiba menjadi
sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.
Mari renungkan.
Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat
baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu?
Mari belajat menjaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan
cara kita bertindak, berpikir dan berlaku! Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal
yang tidak baik.
Jadilah seorang “Pemenang Kehidupan Dalam Kehidupan ”. Seorang pemenang di dalam kehidupan adalah orang-orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis
di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi
besar, serta tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.
Nas Alkitab mengatakan:
Mazmur 1:1-3 "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan
pencemooh,
2. tetapi yang kesukaannya ialah
Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
3. Ia seperti pohon, yang ditanam di
tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu
daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Filipi 4:8-9, "Jadi akhirnya, saudara-saudara,
semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua
yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut
dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
8. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah
kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat
padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu."
Biarlah kita akan menjadi pemenang-pemenang dalam kehidupa. Tuhan memberkati!!