TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG KE BLOG SAYA

Tuesday, April 14, 2015

Belajar Untuk Mengampuni

. Tuesday, April 14, 2015


Dapat email bagus di milis dari seorang teman mengenai "PENGAMPUNAN", dimana sering sekali susah mengampuni terutama kalau itu sudah menyangkut penghinaan kepada harga diri.  Tetapi setelah saya baca email ini kayaknya bermanfaat kalau aku share untuk teman-teman sekalian jadi file kalau tiba-tiba disuruh bicara.  Pesan moralnya adalah belajar memaafkan orang yang menghina kita karena dunia tidak selalu berpihak kepada orang yang pernha menghina kita.  Selamat membaca!!

Saat Abraham Lincoln (1809-1865) masih menjadi seorang pengacara muda, ia sering berkonsultasi dengan pengacara lain terutama pengacara senior tentang kasus yang sedang ditanganinya. Suatu hari, saat ia duduk di ruang tunggu untuk menjumpai seorang pengacara senior, tiba-tiba seorang pengacara masuk dan hanya melihat Lincoln sekilas dan berteriak, “Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia! Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku!”

Saat mendengar teriakan pengacara itu, Lincoln seorang pengacara muda yang dan belum terkenal berpura-pura tidak mendengar, walaupun dia tahu  kalau hinaan itu disengaja ditujukan padanya.  Biarpun malu, Lincoln tetap bersikap tenang seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Tidak lama setelah kejadian pengadilan berlangsung,
walau diabaikan Lincoln hadir dalam pengadilan yang sedang berlangsung.  Ternyata pengacara yang telah menghina Lincoln dengan begitu kejamnya, bisa membela kliennya dengan brillian. Penanganannya atas kasus yang sedang ditanganinya membuat Lincoln terpesona. Dalam hati Lincoln berkata “Nalarnya sangat bagus. Argumennya tepat dan sangat lengkap. Begitu tertata serta benar-benar dipersiapkan! Aku akan pulang dan lebih giat belajar hukum lagi.”

Waktu berlalu… akhirnya Lincoln terpilih menjadi presiden Amerika Serikat yang ke 16 pada bulan Maret 1861. Diantara kritikus utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara yang pernah menghinanya dan melukai hatinya begitu dalam. Namun Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang. Ia tidak pernah lupa bahwa Stanton adalah pengacara berotak cerdas, yang amat dibutuhkan negaranya.

Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, “Dia merupakan mutiara milik peradaban.”
Hanya seseorang yang berkarakter dan mau memaafkan seperti Lincoln, dapat bangkit dan berhasil diatas penghinaan! 
Sangat penting menjaga suasana hati, terutama saat seseorang menghina dan mengabaikan.  Ingat, hidup adalah bagai roda pedati.  Kadang diatas dan terkadang harus dibawah.  Tetapi tidak selamanya kehidupan selalu berpihak kepada yang memberi penghinaan, bahkan sebaliknya yang dihina justru akan naik ke roda yang yang lebih tinggi.
Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak. Pilih untuk tetap berbuat baik dan belajarlah memafkan. Jadikan “sampah” sebagai “pupuk” atau “bahan bakar” untuk maju—baik di lingkungan keluarga, kerja, atau tempat tinggal kita. Memaafkan jauh lebih berguna daripada menyimpan dendam di dalam hati.
Nas Alkitab menuliskan
Matius 6:14-15 "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga, Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

Efesus 4:32m"Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."

Kolose 3:13 "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."
Memang tidak mudah untuk memaafkan, tetapi mari belajar dan belajar.  Tuhan memberkati

0 comments:

Erna Website

 

Kamus Bahasa Indonesia

Subscribe Now: iheart

I heart FeedBurner

Powered By Blogger
Erna Website is proudly powered by Blogger.com | Template by Agus Ramadhani | o-om.com